Wah, dunia usaha
berkembang pesat! Begitu mungkin, kata-kata yang Anda lontarkan, andai Anda
“orang baru” dalam sebuah bidang usaha. Kian dalam, Anda masuki dan dalami
sebuah bidang bisnis, kian banyaklah hal
baru yang Anda lihat. Apa yang lima tahun lalu belum ada, saat ini sudah
begitu massal dan eksis di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, kejayaan yang
diraih pengusaha semasa orangtua kita, dalam
perjalanan waktu, mejadi “bisnis kuno” yang tersisa kejayaannya dalam
kisah-kisah belaka, karena the real bussiness mereka sudah tumbang atau
sedang diambang kehancuran. Sudah muncul wirausahawan baru, dengan jurus-jurus
barunya yang mulai merajai bidang usaha yang ditanganinya. Usahawan seperti
apa, yang berkesanggupan membangun dan mengelola kebaruan demi kebaruan seperti
itu? Pasti, ia termasuk pribadi yang gigih, wawasannya luas, kemauannya besar.
Kita juga belum
melihat di Indonesia sendiri ada organisasi bisnis yang cukup tangguh merespon
kebaruan. Bahkan, peluang-peluang baru, sering lewat begitu saja karena kita
belum mampu meresponnya secara baik. Tidak dipungkiri, tantangan pasar lokal maupun global dengan
permintaan, selalu meningkat. Pada sisi lain - selain kebaruan-kebaruan dalam
bisnis - semangat memberi layanan terbaik berikut inovasi dalam segi
pelayanannya, juga berkembang pesat. Siapa bisa mewujudkan idealitas seperti
itu, dan sanggup merespon kebaruan, sekaligus kreatif-inovatif di sisi
pemberian pelayanan, akan sukses.
Masa depan menjadi
milik mereka yang tidak kenal takut, inovatif, yang mengenali betapa pentingnya
mengembangkan kepemimpinan wirausaha dalam organisasinya.Jangan lalai
meluangkan waktu untuk belajar, menulis, meneliti, memberikan saran,
konsultasi, dan terus belajar. Organisasi-organisasi terdepan dunia, tak henti
melakukan itu. Kami percaya sepenuhnya pada prinsip bahwa cara terbaik untuk
melayani diri Anda, untuk berjuang menjadi yang terbaik yang Anda bisa, adalah
dengan cara melayani orang lain. Ada tiga hal yang ingin kami ungkap dalam
konteks ini.
Pertama, meski dalam skala yang
lebih sederhana, kami memiliki kesempatan untuk belajar melayani yang lain,
bersikap kreatif, memimpin yang lain, dan menyelesaikan apa yang kami mulai.
Dalam proses itu, yang berangsur luluh dalam pembelajaran, ”bagaimana untuk
bertahan hidup” (to get by), daripada untuk membangun kebersamaan (to
get on).
Mungkin saat paling
kritis yang terpenting dari proses pertumbuhan kami sesungguhnya adalah
bersikap kritis. Seringkali terlalu sering kita menjadi lebih ahli dalam
menunjuk apa yang salah dari suatu
pendapat, daripada yang benar. Karena kita terbiasa berusaha keras untuk
bertingkah laku dengan cara yang konsisten dengan apa yang membuat kita merasa
nyaman, kita menerapkan cara pandang kritis yang sama terhadap ide-ide baru,
inovasi baru dan kreativitas. Segala bentuk dari ‘pemikiran kewirausahaan’ atau
‘kepemimpinan inovatif’ dalam pandangan kita yang terkondisi, justru kerap
dianggap: ”sebaiknya dihindari”.
Kurangnya pemikiran
kewirausahaan ini berakibat serius. Pertemuan demi pertemuan dalam organisasi
bisnis, terlalu banyak berisi ”wacana”,
tidak banyak menghasilkan sesuatu yang konkret. Kegagalan wirausahawan, kendati
secara kumulatif “sukses” adalah, ketika ditelusuri bagian demi bagian,
ditemukan bagian-bagian yang kurang bahkan tidak sukses! Ada sukses besar yang
mensubsidi kegagalan bagian tertentu dalam organisasi bisnis yang bersangkutan.
Yang parah, kegagalan bagian-bagian tertentu yang “tertutupi” sukses kumulatif
organisasi, tak banyak dipersoalkan, atau lalai dipersoalkan. Padahal, ini
tidak boleh dibiarkan, karena tidak selamanya sukses kumulatif itu bisa diraih.
Sebaliknya, sebuah kegagalan di beberapa bagian, berakibat merusak strategi
pencapaian totalitas sukses organisasi.
Kalau diungkapkan
dalam momentum yang tepat, dengan cara yang juga tepat, biasanya sebagian besar
dari mereka setuju. Dan tindakan kecil namun penting (tapi tidak ditindak
lanjuti sehingga terlupakan selamanya) yang didiskusikan dalam pertemuan tim
sampai dengan pesan-pesan strategis yang disampaikan melalui pertemuan pleno
yang mahal (namun tidak diteruskan sehingga tetap tinggal sebagai pesan yang
tidak terkomunikasikan), terlalu banyak penggerak bisnis yang sangat terlatih
ternyata bertolak dari pengalaman berpikir dan bertindak sederhana sebagai
orang upahan! Anda bisa bertanya, apa salahnya dengan ”orang upahan”.
Bersiaplah
mendengar sesuatu yang pedas. Orang-orang semacam ini, hanya mengecewakan apa
yang mereka percayai dari instruksi, peran atau tanggung jawab pekerjaan yang
diharapkan dari mereka. Tentunya itu dengan persepsi mereka sendiri. Salah satu
dari prinsip yang ada dalam buku ini, belajar berpikir kewirausahaan (sebagai
wirausaha) daripada kekaryawanan (sebagai karyawan).
Hal yang ketiga,
kami terheran-heran selama bertahun-tahun pada jawaban yang saya terima
terhadap pertanyaan sederhana yang ditujukan pada lulusan yang cemerlang dan
manajer yang sangat berpengalaman, seperti: ‘Mengapa suatu organisasi
mempekerjakan Anda?’. Jawabannya bervariasi dari: ”Karena saya memiliki CV/
MBA/ gelar/pengalaman/ pendidikan/latarbelakang/dll. yang baik” sampai dengan:
”Saya dapat mengelola orang/administrasi/sistem kontrol, dll. dengan baik yang
berkaitan dengan kebutuhan yang normal.” Padahal, perlu kami tegaskan, suatu
organisasi tidak, sebaiknya tidak pada tingkat mana pun, mempekerjakan karyawan
dengan kualifikasi tinggi atau berpengalaman baik karena kualifikasi atau
pengalaman mereka.
Kalau bukan
demikian, lalui apa? Suatu bisnis beroperasi secara sukses ketika dia
memberikan hasil yang terukur dan meningkat melalui produk dan layanannya.
Sukses suatu bisnis memerlukan tujuh ‘In’
dari eksekutif yang ada:
1. Insight (wawasan) tentang
seperti apa masa depan nantinya
2. lntuisi untuk membuat
keputusan yang benar
3. Inisiatif untuk bertindak
efektif
4. Inovasi untuk mencipta
secara berbeda
5. lntegritas untuk mengikuti
dengan tekun dan dengan benar
6. lndividualitas untuk
menerima kepemilikan
7. Interdependensi untuk
menetapkan hal-hal di atas sebagai rekan dalam suatu tim
Organisasi bisnis
(bahkan organisasi apapun) perlu serius mengembangkan sumber daya insaninya.
Ini kunci mengoptimalkan potensi kreatif, daya inisiatif dan kepemimpinan.
Sukses organisasi bisnis di masa depan, dimulai dari ikhtiar simultan
pengembangan kepemimpinan kewirausahaan hari ini. Tak ada yang “terlalu dini”
dalam urusan pengembangan kepemimpinan, karena dari kepemimpinan yang
antisipatif, visoner, bisa dibangun sukses di masa depan.
Disraeli bilang,
“Perubahan, adalah sesuatu yang konstan”. Namun hanya sedikit organisasi mapan
yang sungguh-sungguh mengakui makna sesungguhnya pernyataan ini, walaupun
perubahan bujet sering kali lebih besar daripada keuntungan dari beberapa
organisasi, bahkan di sejumlah negara kecil. Rasa puas profesional, kurangnya
inovasi dan penghindaran rasa memiliki tidak dapat lagi diperkenankan menyebar
dalam bisnis seperti saat ini. Organisasi yang berupaya untuk menghasilkan
pertumbuhan positif bagi semua stakeholder yang terlibat, harus
mengembangkan keseimbangan nyata antara pemikiran kewirausahaan dan struktur
mapan mereka.
Di dalam arena bisnis, hanya sedikit model bisnis yang
relevan pada saat ini, baik di tingkat
lokal maupun global. Mungkin model yang paling sesuai adalah sebuah
gyroskop yang berputar karena kemampuannya untuk tetap seimbang tanpa
memperhatikan sudut dan arah. Model semacam ini, sebagai contoh, memastikan
bahwa planet yang kita diami menjaga keseimbangan sempurna dari jagad raya. Di
lain pihak tanggapan negatif pada suatu gyroskop merupakan suatu proyektil
peluru terhadap keseimbangan dan terarah pada sasaran. Model semacam ini yang
konstan, namun tetap bergerak, adalah penggambaran yang sempuma untuk
penciptaan budaya wirausaha dalam suatu organisasi yang mapan. Dengan setiap
arah strategis, seluruh perusahaan bergerak sembari mempertahankan
keseimbangan.
Suatu organisasi
harus secara penuh memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan sumber daya
manusianya, dan pada gilirannya potensi kreativitas, inisiatif dan kepemimpinannya
mencapai prestasi optimalnya. Organisasi yang ingin mencapai sukses besok akan
mengembangkan kepemimpinan kewirausahaan pada hari ini.
Bab-bab selanjutnya
secara berurutan menunjukan bagaimana menciptakan organisasi wirausaha karena
masa depan menjadi milik mereka yang: Pemberani, Inovator, dan Punya Jiwa
Wirausaha
Pengetahuan Saja Tak Cukup
Bersekolah
tinggi-tinggi, membuat pribadi pembelajar memperoleh pengetahuan. Tapi belum
tentu mereka memiliki ide. Napoleon Hill pemah berkata,”Pikiran adalah benda”.
Tapi pikiran biasa tidak akan sanggup membawa kita kemana-mana. Setiap orang
punya pikiran, tapi hanya sedikit yang punya ide. Ide, adalah pikiran yang
punya arah atau tujuan.
Buat kami,
menganggap pengetahuan berharga, maaf saja, itu pandangan keliru. Pengetahuan
itu statis, idelah yang berguna. Banyak orang dalam masyarakat kita hanya
memikirkan penumpukan pengetahuan sehingga kita mendorong anak-anak kita
mengejar pemilikan lembaran ijazah. Einstein pemah bilang,”Pengetahuan yang
tidak diterapkan itu tidak berguna. Hanya ide yang bisa mengubah dunia.” Apa
gunanya menjadi perpustakaan atau ensiklopedi berjalan?
Mugkin cukup
inspiratif bagi Anda, menyimak sidang penghinaan terhadap Henri Ford, pendiri
Ford Motor. Koran pemah menyebutnya ignoramus (orang bodoh). Kasus itu
dibawa ke pengadilan. Untuk membuktikan bahwa ia memang orang bodoh dan tak
berpendidikan, pembelanya menanyakan pertanyaan seperti ini :
”Siapa presiden
kesembilan belas Amerika?”
”Berapa mil jarak
matahari ke bumi?”
”Apa yang dikatakan
dalam Prinsip Archimedes?”
”Berapa akar
pangkat dua dari 1?”
Pertanyaan itu
berkisar dari sejarah sampai fisika dan matematika dengan harapan bila ia tidak
bisa menjawabnya, itu akan membuktikan bahwa ia tidak punya pengetahuan dan
memang bodoh!
Henry Ford bosan menghadapi semua pertanyaan itu. Ia
sontak berdiri, menghadap hakim.
”Ya Tuhan, mengapa
saya harus menyia-nyiakan waktu menjawab pertanyaan bodoh ini bila dengan hanya
memencet tombol, saya bisa memanggil ahli sejarah terbaik untuk menjawab
pertanyaan dan dengan tombol lain saya
bisa memanggil ahli fisika terbaik untuk menjawab dan ahli matematika terbaik
untuk menghitung semua soal….”
Semua yang ada di
ruang sidang, terdiam. Baru saja mereka mendengarkan kata-kata dari seorang terpelajar
dan bijaksana. Tak perlu dikatakan, Henry Ford memenangkan perkara!
Pembaca, kami hanya
mau bilang, perbedaan antara pergi ke sekolah dan menjadi terpelajar. Banyak
orang menganggap orangtua dan kakek kita tidak terpelajar karena tidak pemah
bersekolah. Ini menyedihkan! Beberapa anak bahkan merasa malu akan orangtuanya
karena punya orangtuanya petani padi,
penderes karet, pemilik binatu atau pedagang kaki lima.
Apakah kita bisa
menanamkan seorang lulusan universitas
tapi malu akan orangtuanya sebagai orang terpelajar?
Yang menarik, dari
semua hal yang berubah dalam 50 tahun terakhir, pendidikanlah yang berubah
belakangan.
Sangat menarik
untuk dicatat bahwa seorang ilmuan yang mempelajari hidup dan pemikiran
Socrates mendapat PhD untuk itu. Tapi Socrates sendiri tidak punya ijazah sama
sekali.
Bila beberapa
cerita dan hal-hal yang disampaikan pada halaman ini menantang pikiran Anda,
ini pertanda baik. Karena, sebelum kita bisa menghasilkan ide, pikiran kita
harus bebas. Itu yang ingin kami capai. Pendidikan harus membebaskan pikiran
kita dan bukan menguncinya.
Tujuan pendidikan
adalah menggantikan pikiran yang kosong dengan pikiran yang terbuka.
Anda akan
memperhatikan bahwa sulit sekali ide muncul bila pikiran terlalu kaku dan
terkontrol atau terkondisi. Perhatikan bahwa salah satu penemu terbesar
sepanjang masa, Thomas Alfa Edison, hanya bersekolah selama tiga bulan. Henry
Ford bersekolah sebentar.
Mungkin spesialis
terlalu terbenam dalam pikiran mereka, sehingga mereka tidak bisa keluar untuk memecahkan
masalah.
Anda pernah dengar, bukan, tentang Lembah
Silikon (Silicon Valley). Itu desa kecil di California. Bukan kebetulan kalau
di sini lahir banyak ide. Miliuner yang dihasilkan lembah ini setiap bulan,
mengejutkan. Setiap lima hari, sebuah perusahaan go public di Lembah
Silokon!
Tahun 1980-an, ”mesin uang” mereka, sektor
manufaktur. tahun 1990-an, pebisnis jasa, merupakan gelombang kedua pencetak
uang. Pada milenium baru ini, penghasil uang terbesar, adalah kelompok yang
bekerja berdasarkan ide. Berikut ini, 20 multimiliuner yang berusia di bawah 40
tahun pada 1 September 1999.
Ini berarti sudah
waktunya kita mengubah ide yang dapat membantu kita mendapatkan uang tunai,
penjualan atau bisnis, dalam kehidupan sehari-hari.
Bila Anda merenungkan
lebih lanjut, bahwa ternyata setiap masalah yang belum terselesaikan adalah
karena kita belum memikirkan ide untuk mecahkannya.
”Kekayaan
adalah produk dari kapasitas pemikiran manusia.”
Amy Rand
“Orang dengan ide baru adalah orang aneh – sampai ide
itu berhasil.”
Mark Twain
Kadang-kadang
dalam pencarian kita untuk suatu pemecahan kita tidak boleh hanya bertahan
pada cara pikir lama. Masalahnya sejak sekolah kita terkondisikan demikian,
kita hanya punya jawaban yang salah atau benar. Hidup tidak semuanya hitam atau
putih. Kadang bisa juga berwama abu-abu bahkan seperti pelangi. Cobalah
beberapa ide atau metode yang mungkin. Beberapa mungkin kedengaran gila, tapi
mungkin juga berhasil.
Harga Sebuah Ide?
Berapakah harga
sebuah ide ?
Coca Cola perusahaan raksasa dunia yang memproduksi
minuman berkarbonasi dengan jutaan karyawan, penghasilannya 169 miliar dollar
pertahun, mereknya dihargai $ US 69, 6 miliar diatas para kampium yang
bisnisnya “lebih bergengsi” seperti Microsoft ($ US 64,1 miliar), IBM
($ US 51,2 miliar), GE ($ US 41,3 miliar), Intel ($ US 30,,9
miliar), Nokia ($ US 30,0 miliar), Disney ($ US 29,3 miliar), dan
Mercedez Benz ($ US 21,0 miliar).
Pembaca, ide itu
mahal. Sering nilainya unlimited. Kalau pun terpaksa harus muncul sebuah
angka nominal tertentu untuk harga
sebuah ide, lebih karena kepentingan praktis, transaksi atas itu harus
berlangsung. Sejatinya, ide sendiri, susah diukur nilainya. Ia bergerak,
memberi pengaruh terhadap banyak hal, menciptakan banyak situasi-situasi baru.
Kewirausahaan,
adalah “jagad ide” yang akan mati saat ide sudah hilang tergantikan dengan
rutinitas mekanistik. Rutinitas itu, sering terjadi sebagai dampak psiklogi
dunia formal. Ya, tegasnya: pendidikan formal. Korban-korbannya begitu banyak.
Mereka bersekolah, tapi kebingungan dalam menyusun kemauannya sendiri.
Berbondong-bondong, mengekori sebuah tujuan tertentu, membuat sebuah peluang
kerja, menjadi kian sempit lantaran persaingan amat ketat.
Padahal, segudang
fakta menunjukkan, mereka yang “lepas dari belenggu persekolahan dan penjara
pengetahuan”, malah melihat peluang dan membangunkan jiwa kewirausahaan dalam
dirinya.
Lihat saja, Primagama,
bimbingan belajar milik Purdi Chandra, drop out dari Universitas
terkemuka, Gajah Mada, kini menjadi
satu-satunya bimbingan belajar yang masuk Museum Rekor Indonesia (MURI)
memiliki 297 cabang tersebar di 122 kota di Indonesia dengan 107.334 siswa
dengan penghasilan tahunan berkisar 300 miliar (data tahun 2003).
Jangan Pergi ke Sekolah?
Kalau begitu, masih
perlukah sekolah? Sangat sesuai jika kata-kata terakhir dari bab ini, kami
nukil dari Lerry Ellison, CEO Oracle Corp, orang kedua terkaya di dunia. Pada
suatu kesempatan, ia diundang untuk memberi pidato pembukaan untuk wisuda Kelas
2000 Universitas Yale dan ‘diseret turun’ dari panggung sebelum ia
menyelesaikan pidatonya. Dibawah ini adalah salinan pidatonya:
“Lulusan Yale
University, saya minta maaf bila Anda telah mengalami prolog seperti ini
sebelumnya, namun saya ingin Anda melakukan sesuatu untuk diri Anda sendiri.
Tolong, lihatlah sekeliling Anda dengan baik. Lihatlah teman di sebelah kiri
Anda. Lihatlah teman di sebelah kanan
Anda. Sekarang pikirkan ini: 5 tahun dari sekarang, 10 tahun dari sekarang,
bahkan 30 tahun dari sekarang, kemungkinannya adalah orang disebelah kiri Anda
akan menjadi pecundang. Orang di sebelah kanan Anda juga akan jadi pecundang.
Dan Anda di tengah? Apa yang Anda harapkan? Pecundang, pecundang, cum laude
pecundang.
Nyatanya, ketika
saya melihat ke hadapan saya sekarang,
sayatidak melihat seribu harapan untuk masa depan yang cerah. Saya tidak
melihat permimpin masa depan dalam seribu industri. Saya melihat seribu
pencundang. Anda kesal. Itu bisa dimengerti.
Bagaimanapun,
bagaimana saya, Lawrence ‘Larry’ Ellison, seorang yang drop out dari kampus,
memiliki keberanian untuk mengatakan omong kosong ini pada lulusan salah satu
institusi paling bergengsi bangsa ini? Akan saya katakan sebabnya. Karena saya Lawrence ‘Lerry’ Ellison, orang terkaya di
planet ini adalah seorang drop out kuliah dan Anda tidak.
Karena Bill
Gates, manusia terkaya di planet – saat ini – adalah juga drop out kuliah, dan
Anda tidak.
Karena Paul
Allen, orang ketiga terkaya di planet ini, keluar kampus, dan Anda tidak.
Dan berikutnya,
karena Michael Dell, No. 9 dari daftar dan bergerak cepat, adalah drop out
kampus, dan sekali lagi Anda tidak.
Hemmm…Anda
sangat kesal. Itu bisa dimengerti. Jadi biarkan saya mengelus ego Anda dengan
menunjukkan, dengan jujur, bahwa diploma Anda tidak diperoleh dengan percuma.
Kebanyakan dari Anda, saya percaya, telah menghabiskan empat sampai lima tahun
di sini, dan dalam banyak hal apa yang Anda telah pelajari dan alami akan
berguna bagi Anda di tahun mendatang. Anda telah membuat kebiasaan kerja yang
baik. Anda telah membuat jaringan orang yang akan membantu Anda di jalan. Dan
Anda telah membuat apa yang akan menjadi hubungan seumur hidup dengan kata
‘tetapi’. Semuanya itu tentu saja baik. Karena sebenarnya Anda akan membutuhkan
jaringan itu. Anda akan membutuhkan kebiasaan kerja yang kuat itu. Anda akan
membutuhkan terapi.
Anda akan
membutuhkan mereka karena Anda tidak drop out, dan Anda tidak akan pemah berada
di antara orang terkaya di dunia. Oh pasti, Anda bisa, mungkin mendaki jalan
Anda ke atas ke No. 10 atau 11, seperti Steve Ballmer. Tapi kemudian, saya
tidak perlu mengatakan kepada siapa ia bekerja bukan? Dan, ia drop out dari
sekolah persiapan. Agak ketinggalan berkembang.
Akhirnya, saya
menyadari banyak dari Anda, saya harap kebanyakan dari Anda bertanya-tanya?
”Apakah ada yang bisa kulakukan? Apakah ada harapan untukku?” Tidak ada!
Terlambat sudah. Anda telah menyerap terlalu banyak, pikiran Anda tahu terlalu
banyak. Anda tidak 19 tahun lagi. Anda memiliki topi yang terbentuk dan saya
tidak merujuk pada papan mortar di kepala Anda.
Hmm………..Anda
sangat kesal. Itu bisa dimengerti. Jadi mungkin ini waktunya untuk membawa
garis perak. Bukan untuk Anda, Kelas 2000. Anda sudah dihapuskan, jadi akan
saya biarkan Anda mencari pekerjaan yang mengibakan, yang cek gaji Anda
ditandatangani oleh teman sekolah Anda yang drop out dua tahun lalu.
Sebaliknya, saya
ingin memberi harapan bagi semua yang masih sekolah di sini sekarang. Saya
katakan kepada Anda, saya tidak bisa menekankan ini. Pergilah. Kemasi
barang-barang dan idemu dan jangan kembali. Drop out dan mulailah.
Karena bisa saya
katakan bahwa topi dan jubah akan menurunkan Anda seperti petugas keamanan ini
menarik saya turun dari panggung menurunkan saya.
(Pidato,
dihentikan!)
Ya, sudah dikatakan bahwa abad ke-20 adalah abad
di mana gelar akademi dari universitas sangat peting, tapi tidak lagi di abad
21. Kecenderungan ini sudah dimulai di AS, Jepang, dan kemudian di seluruh
dunia. Banyak yang drop out dan mulai! Bila Anda punya gelar, itu bagus,
tapi jangan jadikan itu sebagai halangan. Jangan biarkan ijazah Anda menentukan
jumlah yang bisa Anda dapatkan atau apa yang bisa Anda lakukan.
0 comments:
Post a Comment