Sekarang marilah kita renungkan mengapa saya menganjurkan Anda jangan mau
jadi orang gajian seumur hidup. Bayangkan berapa gaji yang akan Anda peroleh
setiap bulannya. Berapa total setahunnya.? Dan berapa Anda digaji setiap jamnya
? Juga renungkan apa yang akan Anda lakukan dengan pengahasilan sebesar itu ?
Apa yang dapat Anda belanjakan setiap bulannya ? Serta berapa sisa yang dapat
Anda tabung ? Dan apakah tabungan Anda selama setahun itu dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan Anda dan keluarga ? Saya yakin tidak. Untuk lebih jelasnya Anda
dapat melihat perkiraan pengahasilan Anda pada tabel dibawah ini :
Pertanyaan
selannjutnya adalah, "Dalam kelompok manakah Anda berada ? Saya sangat
yakin hanya sedikit sekali diantara Anda para pembaca yang berada dalam
kelompok Rp.10.juta keatas setiap
bulannya, alias hanya dibayar Rp.60.000 untuk setiap jamnya. Dengan penghasilan
sebesar itu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan Anda
yang mendasar, seperti membeli rumah yang layak, kendaraan, asuransi kesehatan,
dan lain sebagainya. Berapa tahun yang dibutuhkan ?
Saya sering menayakan kepada peserta
pelatihan, bagaimana seorang pegawai negeri dengan gaji yang pas-pasan atau karyawan swasta dengan kedudukan yang
menengah dapat menjadi kaya ? Jawabannya beragam, tapi setidaknya ada empat
jawaban yang dominan diberikan : Mendapat warisan, Menang undian, punya bisnis
sampingan dan korupsi. Dan Anda dapat
menebak sendiri kira-kira jawaban mana yang paling dominan ?
Itulah sebabnya
mengapa saya mengajak Anda untuk tidak menjadi orang gajian seumur hidup. Lalu
mengapa kita harus menjalankan bisnis kita sendiri ? Pertama, pemilik bisnis
paling sukses akan mengatakan kepada Anda bahwa mereka mempunyai kebebasan yang
luar biasa. Mereka adalah para tuan atas diri sendiri. Disamping itu, mereka
mengatakan kepada bahwa bekerja sendiri
risikonya kurang ketimbang bekerja untuk orang lain.
Seorang professor di
Amerika pernah mengatakan pertanyaan berikut kepada kelompok enam puluh
mahasiswa MBA yang bekerja sebagai eksekutif korporasi publik :
Apa yang disebut resiko
?
Seorang mahasiswa
menjawab :
Menjadi entrepreneur
!
Teman-teman
mahasiswanya setuju. Kemudian profesor tadi menjawab pertanyaannya sendiri
dengan mengutip ucapan seorang entrepreneur :
"Apa yang disebut risiko " Mempunyai satu sumber penghasilan.
Karyawan menghadapi risiko….Mereka mempunyai satu sumber penghasilan. Bagaimana
kalau entrepreneur yang menjual jasa menjaga rumah kepada majikan Anda ? Dia
mempuunyai ratusan pelanggan….ratusan sumber pengahasilan."
Untuk menjadi pemilik bisnis juga diperlukan agar Anda mempunyai kemauan
yang kuat untuk bekerja sendiri. Bila Anda tida suka berada di luar lingkungan
korporasi, entrepreneur mungkin bukan panggian Anda. Para pemilik
bisnis paling sukses memiliki satu karakteristik yang sama : Mereka semua suka
pada apa yang mereka lakukan. Mereka semua bangga dengan "bekerja
sendiri".
Banyak diantara para entrepreneur sukses yang
sebelumnya adalah karyawan diperusahaan tempatnya bekerja kemudian sukses
membangun usahanya sendiri. Baru-baru ini saya menjumpai seorang kawan yang
baru satu tahun memulai bisnis jasa pelatihan. Sebelumnya ia bekerja sebagai
manajer SDM pada bank terkemuka di Jakarta dengan gaji mendekati Rp.10 juta
perbulan. Dia mengetahui anggaran pelatihan untuk perusahaan tersebut besarnya
20 miliar setahun.
Dengan semangat entrepreneur serta melihat peluang yang ada
ia menggundurkan diri dan mempromosikan anak buah kepercayaannya sebagai
penggantinya. Ia kemudian mendirikan perusahaan yang bergerak dibidang
pelatihan. Dan dapat Anda tebak siapa pelanggan pertamanya ? Dan dari siapa ia
mendapatkan proyek tersebut ? Ya perusahaan tempatnya bekerja dan dari orang
kepercayaannya, Kalau sebelumnya pengahasilannya Rp. 10 juta sebulan, sekarang
hampir Rp.20 miliar anggaran pelatihan bank tersebut masuk ke kocek
perusahaannya. Itulah entreperneur.
0 comments:
Post a Comment